Publikasi Penelitian
Menyebarluaskan hasil penelitian sehingga dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh orang lain. Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi, pengetahuan baru serta bahan rujukan bagi peneliti lain
Publikasi Penelitian
Hello world!
Welcome to Testing Multisite Sites. This is your first post. Edit or delete it, then start writing!
Hello world!
Infografis Kajian Virtual Tourism
ASEAN Journal of Hospitality and Tourism
ASEAN Journal of Hospitality and Tourism (AJHT) mulai dari jilid 19, nomor 3, Desember 2021 akan menambah waktu terbitnya dua hingga tiga kali dalam setahun yaitu setiap bulan April, Agustus, dan Desember. Sehingga setiap artikel yang lolos proses penerbitan akan segera diterbitkan. Edisi Desember kali ini menyajikan sepuluh artikel yang mencakup beberapa aspek penting dari destinasi wisata, sumber daya manusia, dan hospitality. Artikel yang diterbitkan berasal dari Indonesia dan beberapa negara lain di seluruh dunia.
AJHT jilid 19, nomor 3, Desember 2021 dapat diunduh dalam link berikut ini https://journals.itb.ac.id/index.php/ajht/issue/view/997
Judul Anda Pergi ke Sini
Your content goes here. Edit or remove this text inline or in the module Content settings. You can also style every aspect of this content in the module Design settings and even apply custom CSS to this text in the module Advanced settings.
Paket Pariwisata Kreatif Belitung
Potensi Geowisata Belitong
Oleh:Abadi Raksapati, S.S., M.Sc
Adalah timah yang menjadikan pulau Belitong terkenal keseantero dunia hingga hari ini. Selama ratusan tahun pulau ini dikeruk hasil buminya hingga menyisakan bentang alam yang sangat khas bekas pertambangan timah darat. Ribuan galian bekas tambang (kolong) telah tercipta dari proses pertambangan yang berlangsung selama ratusan tahun dari generasi kegenerasi. Galian-galian dengan beraneka ukuran tersebut beberapa diantaranya ada yang direhabilitasi dan digunakan untuk keperluanlain, tapi sebagian besarnya dibiarkan menganga lalu terisi air hujan dengan sendirinya. Bekas galian yang terisi air ini kemudian menjadi danau-danau bekas tambang yang tersebar di hampir seluruh pulau. Pemandangan bekas galian ini akan tampak dengan jelas apabila kita perhatikan dari udara. Dari udara kita akan melihat pulau Belitong seperti yang terluka disetiap bagiannya.
Selama ini masyarakat Belitong dininabobokan oleh melimpahnya hasil tambang di halaman rumah mereka, hingga setiap jengkal tanah Belitung adalah wilayah pertambangan. Tidak mengherankan apabila kemudian masyarakatnya sangat bergantung terhadap pertambangan timah. Namun sebagaimana laiaknya hasil tambang, suatu waktu sumberdaya hasil tambang ini akan habis. Kondisi ini tidak akan menyisakan apapun bagi generasi anak cucu masyarakat Belitong selain kerusakan lingkungan yang kian hari kian parah.
Pariwisata
Satu dekade terakhir angin segar perubahan di Belitong mulai terasa. Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Belitong ikut menyadarkan masyarakat Belitong bahwa sumber ekonomi yang dimiliki oleh Belitong tidak melulu hasil tambang, akan tetapi juga pariwisata. Bagi masyarakat yang hidup dalam budaya pertambangan dan sangat minim berinteraksi dengan masyarakat luar, pariwisata tentu saja merupakan pengalaman baru. Derasnya arus kunjungan wisatawan yang tidak saja berasal dari seluruh pelosok nusantara, tetapi juga berasal dari mancanegara telah merubah wajah Belitong secara perlahan menjadi salah satu destinasi pariwisata tujuan wisatawan.
Meski kunjungan wisatawan mulai mengalir deras, namun sebagian masyarakat Belitong belum menyadari bahwa potensi yang dimiliki oleh tanah tempat mereka berpijak sesungguhnya tidak hanya timah, tapi juga potensi pariwisata. Momentum ini tentu saja harus dimanfaatkan oleh Belitong, apakah akan tetap bergantung pada timah yang pasti suatu saat akan habis atau beralih ke pariwisata yang lebih menjanjikan di masa depan.
Tentu saja pilihan untuk beralih dari pertambangan timah menuju pariwisata bukan keputusan yang mudah, terlebih bagi masyarakat yang selama beberapa generasi menikmati manisnya hasil pertambangan. Namun demikian ada beberapa pertimbangan yang dapat mendorong masyarakat Belitong untuk beralih ke sektor pariwisata sebagai sektor andalannya, beberapa pertimbangan tersebut antara lain adalah, pertama pariwisata merupakan sektor yang berkelanjutan, artinya pariwisata tidak akan habis selama daya tarik berupa alam, budaya maupun hasil karya manusia lainnya dapat dijaga oleh semua pemangku kepentingan. Kedua pariwisata merupakan industri padat karya, artinya pengembangan pariwisata akan menyedot banyak sekali sumber daya manusia sehingga masyarakat dapat ikut berperan serta aktif. Peran serta aktif masyarakat ini pada gilirannya kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Ketiga pariwisata dikenal sebagai industri yang hijau, artinya pariwisata realtif sedikit menimbulkan kerusakan alam dan sangat sedikit mengeluarkan gas emisi atau polusi. Keempat pariwisata merupakan industri yang relatif tahan terhadap berbagai macam krisis, karena pada dasarnya dalam kondisi apapun manuasia pasti memerlukan kesenangan, tempat untuk berlibur dan beristirahat.
Dalam pariwisata kita mengenal beragam jenis wisata, ada wisata alam, wisata ekologi, wisata minat khusus, wisata kreatif, wisata heritage, wisata kota, wisata desa dan beragam jenis wisata lainnya. Dalam konteks Belitung yang mengemuka sekarang adalah upaya mempopulerkan jenis wisata geologis atau yang lebih populer disebut Geowisata.
Apa itu Geowisata?
Bagi masyarakat Belitung yang lahir dan dibesarkan di pulau ini, tidak ada yang aneh dan istimewa dengan batu-batu yang terserak disetiap bagian pulau hingga kebibir pantai pulau Belitong. Namun deretan batu-batu tersebut menjadi istimewa bagi orang yang tidak pernah menyaksikan keindahan geologis tersebut, termasuk penulis yang lahir dan dibesarkan di Jawa. Keindahan deretan batu sebagai bentang alam yang dianugerahkan Tuhan kepada Belitung tidak saja dapat dinikmati panoramanya dari permukaan bumi akan tetapi juga dapat dilihat hingga ke bawah laut.
Keberadaan batu-batu besar dengan berbagai fenomena geologis yang menyertainya merupakan potensi yang sangat menarik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai daya tarik geowisata. Ditambah lagi sejarah Belitong sebagai kawasan pertambangan dengan sisa-sisa bangunan bekas tambang dan budaya penambangnya merupakan pelengkap yang akan meningkatkan daya jual geowisata Belitong.
Namun Permasalahan yang muncul kemudian adalah apakah masyarakat dan pelaku pariwisata termasuk pemerintah daerah Belitong memahami konsep geowisata. Apa itu geowisata? dan pertanyaan lanjutannya adalah mengapa Geowisata?
Secara sederhana geowisata dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism) dan bertanggungjawab (responsible tourism) yang memanfaatkan seluruh potensi geologis suatu daerah yang didukung oleh fasilitas interpretasi. Lalu apa potensi geologi yang dimiliki Belitong dan fasilitas interpretasi apa yang diperlukan?
Beberapa diantara fenomena geologis yang dapat menjadi daya tarik geowisata di Belitong adalah keberadaan batu-batu granit di kawasan Tanjung Kelayang, Tanjung Tinggi, Penyabong, bukit Baginda, pantai Bukit Batu dan daerah lainnya. Selain itu berbagai peninggalan bekas tambang seperti open pit, stoven, kolong-kolong, dan berbagai bangunan tua juga dapat menjadi bumbu dalam proses interpretasi geowisata secara keseluruhan.
Sementara itu interpretasi pada dasarnya adalah proses mengkomunikasikan suatu fenomena agar dapat dipahami oleh orang lain. Beberapa bentuk interpretasi antara lain adalah, papan penjelasan mengenai suatu daya tarik geologis, tanda-tanda hingga ke media baik itu berupa leaflet, buku, film maupun yang lainnya. Sementara itu, cerita dapat menjadi media interpretasi yang sangat efektif untuk mengawal geowisata. Efektifitas cerita (tuturan) pada geowisata karena pada dasarnya geowisata memerlukan aspek interpretasi yang dalam, dan cerita dapat memberikan pemahaman lebih mengenai hal tersebut.
Cerita yang dimaksud bisa berupa cerita ilmiah yang memang menjelaskan berbagai kandungan geologis alam Belitung, cerita mengenai sejarah belitung (terutama pertambangannya), atau bahkan cerita mengenai mitos, legenda dan hikayat yang bisa menjadi bumbu dalam proses interpretasi suatu daya tarik yang ada.
Selain unsur interpretasi, dalam geowisata juga terkandung unsur jalur atau biasa disebut dengan geotrek atau trekking jalur-jalur wisata wisata dengan interpretasi geologi . Geotrek merupakan jalur untuk mengantarkan setiap wisatawan memahami satu atau lebih fenomena geologi dalam sebuah rangkaian tema dan cerita yang saling terkait satu sama lain. Geotrek akan memudahkan interpreter (orang yang memberi interpretasi) untuk membuat suatu cerita yang menarik namun tetap ilmiah dalam paket wisatanya. Geotrek tidak terikat dengan jarak maupun waktu, artinya selama pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai dan wisatawan terpuaskan maka jalur trekking tersebut sudah baik.
Belitung sebagai sebuah pulau dengan kekayaan geologis yang begitu besar, memiliki beragam daya tarik wisata yang dapat dijadikan atraksi wisata geologis. Secara garis besar paling tidak terdapat tiga jalur wisata (geowisata) yang dapat dikembangkan di pulau Belitung. Pertama jalur utara, jalur ini mmbentang dari Tanjung Pandan hingga ke desa lenggang di Belitung Timur. Daya tarik wisata yang terdapat dikawasan ini antara lain adalah Pantai Tanjung Binga, Pantai Tanjung Kelayang, Pulau Lengkuas, Pulau Kepayang dan sekitarnya, Pantai Tanjung Tinggi, Open Pit dan Stoven, Pantai Batu Buyung, Pantai Burung Mandi, Kepulauan Memperang hingga ke SD muhammadiyah Laskar pelangi yang juga bisa ikut diinterpretasikan sebagai salah satu daya tarik yang menarik. Kedua jalur tengah, jalur ini menghubungkan Tanjung pandan hingga ke kota Manggar melalui jalur tengah pulau. Daya tarik wisata disepanjang jalur ini adalah pusat konservasi Tarsius di Bantu Mentas, Gunung Tajam dengan air terjun Gurok Berayenya, serta berakhir di kawasan sekitar Manggar. Ketiga jalur selatan, jalur ini realatif tidak begitu banyak yang mengunjungi sampai saat ini. Padahal potensi daya tarik wisata dikawasan ini sangat berlimpah dan menarik. Sebut saja Pantai Punai, kawasan Makam Balok, Batu baginde yang sangat menarik, Pantai Penyabong dan juga pantai teluk gembira. Jalur-jalur tersebut dapat pula dipecah-pecah lagi menjadi geotrek yang lebih pendek dan singkat tergantung dengan permintaan wisatawan dan kemampuan pemangku kegiatannya.
Mengapa pilihan pengembangan pariwisata harus geowisata? Pada dasarnya ada beberapa pertimbangan yang sangat mendasar, pertama sejarah Belitung sebagai kawasan tambang timah legendaris hingga sekarang. Kedua potensi utama pariwisata Belitung adalah keindahan alam geologisnya yang berupa bebatuan granit raksasa yang jarang ditemui di darah lain. Ketiga tren global yang mendorong pariwisata untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan berkelanjutan. Kelima potensi Belitung untuk dikembangkan lebih jauh sebagai kawasan Geopark Nasional bahkan Dunia.
Berbagai potensi yang ada tersebut akan mubajir dan tak bermakna jika seluruh pemangku kepentingan termasuk didalamnya masyarakat Belitung tidak berusaha menjadikan daya tarik tersebut sebagai aset pariwisata yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi mereka. Pilihan bagi Belitung saat ini adalah berubah dan menajdikan pariwisata sebagai kekuatan utama mereka atau kembali menggali tanah mencari timah. Keputusan ada ditangan masyarakat Belitung dan salah satu pilihan yang sangat mungkin dikembangkan dalam pariwisata Belitung adalah Geowisata.
dimuat di harian Bangka Pos tanggal 13 September 2013